FILSAFAT PENDIDIKAN ESSENSIALISME
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tidak dipungkiri bahwa Pertumbuhan dan kemajuan
teknologi yang begitu pesat, menuntut perubahan di segala bidang tidak
terkecuali dalam bidang pendidikan. Mungkin sebagai respon dan keinginan untuk
segera survive dan maju. Namun, dalam
dunia pendidikan sifat fleksibilitas dalam segala bentuk bisa jadi menimbulkan
pandangan yang berubah-ubah, pelaksanaan yang kurang stabil dan tidak menentu.
Sehingga menyebabkan pendidikan kehilangan arah. Padahal menurut pandangan kaum
esensialis, pendidikan seharusnya bersendikan pada nilai-nilai yang dapat
mendatangkan stabilitas yaitu nilai yang memiliki tata yang jelas dan telah
teruji oleh waktu.
Pada awalnya
Esensialisme merupakan suatu aliran filsafat yang dirumuskan sebagai
suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Dalam hal ini esensialisme sebagai aliran yang
didasari oleh idealisme dan realisme memandang bahwa berubah atau tidaknya
suatu pendidikan baik perubahan menjadi lebih maju atau bahkan lebih mundur
bukanlah hal yang utama tetapi esensi dari pendidikan atau nilai-nilai pokok
itulah yang terpenting, dengan kata lain bergerak dari skill dasar
menuju skill yang bersifat semakin kompleks.
Berkaitan
dengan hal-hal esensial atau mendasar, seharusnya manusia tahu dan menyadari
sepenuhnya tentang dunia dimana mereka tinggal dan juga bagi kelangsungan
hidupnya Pada dasarnya esensialisme memang menginginkan agar manusia kembali ke
kebudayaan lama.[1]
Mengapa demikian? Karena kaum esensialis berpendapat bahwa kebudayaan lama banyak memperbuat
kebaikan-kebaikan untuk umat manusia. Kebudayan-kebudayaan lama yang paling
mereka pedomani adalah peradaban semenjak zaman renaisans.
Essensialisme memiliki corak pendidikan yang terikat
kepada hal-hal yang fisik, tetapi juga mengutamakan sepiritualitas. Di sisi
lain Essensialisme juga mengembangkan
bakat dan minat peserta didik dalam membentuk karakter sesuai dengan
perkembangan zaman. Jika demikian, mungkinkah esensialisme itu lebih berasas
fleksibilitas melebihi progresifisme?sedangkan esensialisme mempunyai corak pemikiran yang idealis dan realistis melebihi idealisme.
Bagaimana sebenarnya kedudukan kedua aliran itu sehingga melahirkan
essensialisme yang sedemikian rupa?
- Rumusan Masalah
Adapun rumusan
permasalahan-permasalahan dalam konsep makalah ini yang akan dibahas antara
lain:
a. Bagaimana latar belakang munculnya aliran
filsafat pendidikan esensialisme?
b. Bagaimana esensi pendidikan menurut aliran
esensialisme?
c. Bagaimana implikasi aliran esensialisme dalam pendidikan di
Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Esensialisme
Secara etimologi esensialisme berasal dari bahasa Inggris yakni
essential (inti atau pokok dari sesuatu), dan isme berarti aliran, mazhab atau
paham. Menurut Brameld bahwa esensialisme ialah aliran yang lahir dari perkawinan dua
aliran dalam filsafat yakni idealisme dan realisme. Aliran ini menginginkan
munculnya kembali kejayaan yang pernah diraih, sebelum abad kegelapan atau
disebut “the dark middle age” (pada zaman ini akal terbelenggu, adanya stagnasi
dalam ilmu pengetahuan, dan kehidupan diwarnai oleh dogma-dogma gerejani).Zaman
renaissance timbul karena ingin menggantikannya dengan kebebasan dalam
berpikir.
Essensialisme dianggap oleh para ahli sebagai ”conservative road to culture” karena ingin kembali kepada
kebudayaan lama dan warisan sejarah. Essensialisme muncul pada zaman Renaisance
dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progressive yang memberikan pendidikan
dengan penuh fleksibilitas, dimana serba terbuka untuk perubahan, toleran dan
tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Sebaliknya Essensialisme
memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang jelas dan
memberikan kestabilan dengan memberikan nilai-nilai terpilih. Nilai-nilai yang
dapat memenuhinya adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat korelatif
selama empat abad belakangan, dengan perhitungan zaman Renaissance, sebagai
pangkal timbulnya pandangan-pandangan essensialisme awal.[2]
Essensialisme pertama-tama muncul pada awal tahun 1930, yang dipelopori
oleh William C Bagley, Isaac L Kandel dan Frederick Breed. Dan pada tahun 1938 mereka mendirikan organisasi dalam
bentuk komite esensialis untuk pertimbangan pendidikan di Amerika. Organisasi
utama kedua didirikan pada tahun 1950an berupa Dewan Pendidikan Dasar di Amerika dengan juru bicara
Himpunan organisasi ini adalah Mortimer Smith dan Arthur Bestor. [3]
Esensialisme
merupakan suatu aliran filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya
dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap trend-trend progresif di
sekolah-sekolah yang penuh fleksibilitas, terbuka untuk perubahan, toleran dan
tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu sehingga pendidikan seperti ini
cenderung mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan dan yang menjadi tradisi
sekolah. Oleh karena itu esensialisme memandang
bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan, memberikan kestabilan dan
nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Para esensialis berpendapat bahwa
pengalaman-pengalaman yang diberikan kepada anak harus memiliki nilai esensial
dan juga harus memusatkan perhatian kepada kurikulum yang dirancang untuk
menanamkan keterampilan-keterampilan dasar yang seharusnya dimiliki oleh anak.
0 komentar:
Posting Komentar